Skip to main content

Pernah dengar ungkapan “Tidak ada yang namanya publisitas buruk”? Sayangnya, ungkapan ini nggak selalu benar. Faktanya, aksi PR Stunt yang gagal bisa punya dampak besar—dan nggak selalu positif—pada reputasi merek kamu. Beberapa PR Stunt direncanakan dengan buruk atau bahkan menyinggung, sampai-sampai bukannya menarik perhatian, justru membuat orang menjauh dari produk atau layanan yang kamu tawarkan.

PR Stunt memang berisiko. Salah langkah sedikit saja, dan bukannya viral dalam arti positif, kamu bisa mendapati kampanye kamu jadi bencana besar. Entah karena salah memahami audiens, nggak selaras dengan nilai-nilai merek, atau kurangnya kepekaan, banyak hal bisa salah. Berikut salah satu contoh PR Stunt yang gagal besar: aksi promosi game Call of Duty yang membuat banyak orang marah. Kita akan bahas apa yang bisa kamu pelajari dari kegagalan ini supaya kamu nggak mengulangi kesalahan serupa.

Call of Duty dan PR Stunt yang Kacau

Pada akhir September 2015, akun Twitter Call of Duty memposting cuitan tentang serangan teror palsu di Singapura. Isunya, dari cuitan awal hingga beberapa jam berikutnya, tidak jelas bahwa itu palsu. Dengan nama pengguna “Current Events Aggregator,” mereka memposting pembaruan yang tampak sangat realistis, seperti, “Laporan tak terkonfirmasi mengenai ledakan di Tepi Utara Marina Singapura,” diikuti dengan pembaruan seperti, “Pemerintah menghimbau warga untuk tidak panik dan memberi jalan bagi tim darurat.”

Selama berjam-jam, publik dibuat percaya bahwa ada insiden serius yang sedang terjadi. Bahkan ada cuitan yang secara khusus menegaskan bahwa laporan tersebut bukan hoaks. Baru beberapa jam kemudian, mereka mengungkapkan bahwa seluruh rangkaian cuitan tersebut adalah fiktif—bagian dari kampanye promosi untuk peluncuran game Call of Duty: Black Ops 3. Mereka menutupnya dengan pesan, “Ini adalah sekilas tentang fiksi masa depan #BlackOps3.”

Namun, publik tidak menerima aksi ini dengan baik. Banyak orang merasa terkejut dan marah karena merasa tertipu, terutama mengingat sensitifnya topik serangan teror. Beberapa pengguna Twitter menyebutnya sebagai aksi yang tidak bertanggung jawab dan tidak pantas, mengingat banyaknya tragedi serupa yang nyata.

Pelajaran yang Bisa Dipetik

Dari kasus ini, pelajaran yang bisa kita ambil adalah: Kenali audiensmu dan pahami perasaan mereka. PR Stunt bukan cuma soal mencuri perhatian, tapi juga soal membangun hubungan yang bermakna dengan audiens kamu. Tanpa empati, seperti yang terjadi dalam kampanye Call of Duty ini, kamu justru bisa kehilangan kepercayaan audiens.

Selain itu, manajemen krisis PR juga nggak boleh menyalahkan audiens karena gagal memahami maksud dari aksi tersebut. Alih-alih, kamu harus bersikap bijaksana, penuh empati, dan tanggap saat menghadapi bencana PR. Tanggapi situasi dengan cepat, jaga komunikasi yang jelas di berbagai platform, dan pastikan pesan kamu transparan serta konsisten untuk mendapatkan kembali kepercayaan audiens.

Walaupun PR Stunt ini gagal, bukan berarti semua aksi promosi berisiko. Dengan perencanaan yang matang dan kepekaan terhadap audiens, kamu tetap bisa membuat PR Stunt yang sukses dan membawa merek kamu ke level yang lebih tinggi.

Ingin menghindari bencana PR seperti ini? Pelajari lebih lanjut tentang bagaimana membuat kampanye PR yang kreatif tapi tetap sensitif dengan audiensmu.***

WeCreativez WhatsApp Support
Kami siap menjawab pertanyaanmu. Tanyakan saja.
👋 Hola, Apa yang bisa kami bantu?