Mungkin Anda pernah mendengar ungkapan “tidak ada publisitas yang buruk.” Tapi kenyataannya, banyak perusahaan yang justru hancur karena publisitas buruk. Skandal memang bisa membuat orang membicarakan suatu merek, tetapi seringkali, dampaknya lebih merugikan daripada menguntungkan. Jadi, tidak semua perhatian adalah perhatian yang baik.
Reputasi perusahaan itu rapuh. Kadang, kesalahan kecil bisa diperbaiki dengan cepat lewat permintaan maaf. Namun, ada kalanya kesalahan PR bisa menyebabkan kerugian besar. Contohnya, Facebook yang harus menghadapi skandal Cambridge Analytica. Kasus ini tidak hanya membuat citra Facebook rusak, tetapi juga merugikan mereka hingga $725 juta. Mereka bahkan harus mengganti nama perusahaan menjadi “Meta” demi menjauh dari stigma yang sudah melekat.
Hari ini, kita akan belajar dari salah satu kegagalan PR yang menjadi pelajaran penting: kampanye Krispy Kreme di Inggris yang berubah jadi bumerang.
Kejadian Krispy Kreme yang Viral di Tahun 2015
Siapa sih yang nggak suka donat dan promo menarik? Sayangnya, pada 2015, cabang Krispy Kreme di Hull, Inggris, membuat kesalahan yang tidak disangka. Saat itu, mereka mengadakan promo untuk anak-anak selama liburan tengah semester dan memberi nama program tersebut “Krispy Kreme Klub.” Promo itu bertujuan menarik minat anak-anak untuk ikut aktivitas di toko pada hari Rabu, 18 Februari 2015.
Tapi di sinilah masalahnya: tim kampanye mereka memutuskan untuk memberi nama hari itu sebagai “KKK Wednesday.” Maksudnya memang singkatan dari “Krispy Kreme Klub,” tapi sayangnya singkatan “KKK” juga dikenal luas sebagai simbol Ku Klux Klan, kelompok ekstremis rasis yang punya sejarah kelam di Amerika.
Reaksi Publik yang Tidak Terduga
Hanya dalam hitungan jam, tagar “KKK Wednesday” langsung viral di media sosial. Reaksi keras pun datang dari netizen yang mulai mengaitkan donat Krispy Kreme dengan organisasi rasis tersebut. Banyak pelanggan yang marah dan menganggap Krispy Kreme tidak peka.
Walaupun kampanye itu hanya ditujukan untuk pelanggan lokal di Hull, Inggris, berita ini menyebar ke mana-mana, bahkan lintas negara. Akhirnya, Krispy Kreme harus segera meminta maaf secara terbuka untuk meredam situasi.
Pelajaran dari Kasus Krispy Kreme
Kasus ini menunjukkan bahwa strategi pemasaran harus benar-benar dipikirkan dengan matang. Singkatan atau istilah yang kelihatannya sepele bisa menimbulkan makna berbeda di mata publik. Krispy Kreme yang awalnya hanya ingin memeriahkan liburan, malah harus berurusan dengan respons negatif yang meluas.
Kesimpulannya? Jangan Sepelekan Detail dalam PR!
Kasus Krispy Kreme ini mengingatkan kita untuk selalu teliti dan mempertimbangkan semua aspek budaya dan persepsi publik dalam setiap kampanye. Lebih baik dua kali berpikir sebelum meluncurkan ide yang mungkin kontroversial.
Dapatkan informasi terkini dan relevan tentang strategi public relations, audit dan riset komunikasi, digital public relations dan komunikasi krisis hanya di www.imajinpr.com serta www.ceritaomjojo.com.***