Masih ingat kampanye PR yang viral di masa pandemi?
Di saat banyak bisnis berjuang untuk bertahan, Burger King melakukan sesuatu yang tak biasa. Alih-alih menyoroti keunggulan produknya sendiri, mereka justru meminta pelanggan untuk membeli Big Mac dari McDonald’s!
Strategi ini mungkin terdengar seperti kesalahan fatal, tetapi justru menjadi salah satu kampanye PR paling cerdas yang pernah dilakukan dalam industri makanan cepat saji. Bukannya merugi, Burger King justru mendapatkan perhatian global, respek pelanggan, dan peningkatan trafik!
Bagaimana bisa? Dan apakah strategi ini mungkin diterapkan di Indonesia?
Kampanye PR yang Agak Lain dari Burger King
Biasanya, dua brand besar yang bersaing akan saling menjatuhkan dalam iklan mereka. Kita sering melihat Burger King dan McDonald’s saling menyindir dalam berbagai kampanye iklan.
Namun, di tengah krisis akibat pandemi, Burger King memilih pendekatan yang lebih emosional dan penuh empati.
Saat lockdown kedua diberlakukan di Eropa, restoran cepat saji terpukul keras. Dengan kampanye “Order From McDonald’s,” Burger King secara terang-terangan mendorong pelanggan untuk tetap membeli makanan cepat saji—termasuk dari pesaing mereka—demi menjaga kelangsungan industri.
Hasilnya? Publik terkejut, kampanye ini viral, dan yang paling menarik, Burger King justru mendapatkan loyalitas pelanggan yang lebih kuat!
Kenapa Kampanye Ini Justru Menguntungkan Burger King?
Di dunia bisnis, menyuruh pelanggan pergi ke pesaing terdengar seperti strategi yang merugikan. Tetapi dalam kasus ini, Burger King justru menuai keuntungan besar:
✅ Dapat Respek Publik – Konsumen melihat Burger King sebagai brand yang peduli, bukan hanya sekadar kompetitor yang agresif.
✅ Viral & Liputan Media Gratis – Kampanye ini mendapat perhatian media global, menghasilkan exposure tanpa biaya pemasaran tambahan.
✅ Meningkatkan Loyalitas Pelanggan – Alih-alih beralih ke McDonald’s, pelanggan justru semakin respect dan tetap setia dengan Burger King.
✅ Membangun Brand dengan Nilai Empati – Dalam teori komunikasi bisnis, ini dikenal sebagai Corporate Social Responsibility (CSR) Marketing. Brand yang menunjukkan kepedulian sosial cenderung lebih dihargai dan memiliki koneksi emosional yang lebih kuat dengan pelanggan.
Burger King berhasil memanfaatkan situasi sulit untuk membangun brand image yang lebih positif.
Bukan Pertama Kali, Burger King Pernah Melakukannya Lagi!
Strategi empati ini bukan hanya dilakukan sekali. Di Argentina, Burger King pernah menjalankan kampanye serupa dengan tajuk “A Day Without Whopper.”
Pada hari itu, mereka menghentikan penjualan Whopper di seluruh negeri dan meminta pelanggan membeli Big Mac dari McDonald’s.
Hasilnya?
📌 McDonald’s berhasil menjual 73.437 Big Mac lebih banyak dibanding tahun sebelumnya.
📌 Burger King mendapatkan respek besar dari publik dan media.
Ini membuktikan bahwa strategi empati bukan sekadar aksi sosial, tetapi juga strategi bisnis yang cerdas!
Apakah Strategi Ini Bisa Dilakukan di Indonesia?
Di Indonesia, strategi seperti ini mungkin dilakukan, tetapi perlu pendekatan yang lebih kontekstual.
Misalnya, apakah mungkin Alfamart merilis kampanye “Belilah di Indomaret”?
Jika tanpa alasan yang jelas, tentu akan terdengar aneh. Namun, dalam situasi tertentu, ini bisa menjadi strategi PR yang sangat kuat.
🚀 Alfamart & Indomaret:
Bayangkan jika Alfamart tiba-tiba mengeluarkan kampanye “Belanja Dimana Saja, Dukung Ritel Lokal.”
- Saat terjadi bencana alam besar, Alfamart bisa mengajak pelanggan berbelanja di mana saja, termasuk Indomaret, untuk membantu UMKM dan ekonomi lokal tetap bertahan.
- Saat Hari Belanja Nasional (Harbolnas), mereka bisa mendorong pelanggan mendukung semua ritel modern, bukan hanya satu merek, untuk menguatkan industri ritel.
🚀 Gojek & Grab:
Gojek dan Grab pernah menggunakan pendekatan serupa.
- Saat pandemi, kedua perusahaan ride-hailing ini sama-sama mendorong pengguna untuk terus menggunakan layanan transportasi online, tak peduli dari platform mana.
- Tujuannya? Agar para mitra driver tetap mendapat penghasilan.
🚀 Tokopedia & Shopee:
Jika Tokopedia tiba-tiba mengajak pelanggan belanja di Shopee, mungkin ini terdengar aneh. Namun, mereka bisa melakukannya dengan narasi yang lebih luas:
- Saat Hari UMKM Nasional, Tokopedia bisa mengampanyekan “Belanja Dimana Pun, Dukung UMKM” untuk memperkuat industri e-commerce.
- Ini akan menciptakan kesan bahwa mereka bukan sekadar marketplace, tapi juga pendukung pertumbuhan ekonomi digital.
Strategi ini bisa efektif jika dilakukan dengan pesan yang kuat, relevan, dan menyentuh aspek sosial yang penting.
Pelajaran dari Burger King: Apakah Bisnismu Berani Melakukan Hal yang Sama?
- Strategi empati bukan hanya tentang “baik hati,” tapi juga bisa menjadi strategi bisnis yang sangat menguntungkan.
- Burger King membuktikan bahwa kompetisi bukan hanya soal menang-kalah, tetapi juga tentang membangun koneksi emosional dengan pelanggan.
- Dengan mendukung pesaing di saat yang tepat, mereka justru mendapatkan kepercayaan, loyalitas, dan brand value yang lebih tinggi.
Apakah Bisnismu Siap Mencoba Strategi Ini?
Dalam dunia bisnis, terkadang pendekatan yang paling tidak biasa justru bisa memberikan dampak terbesar. Bagaimana menurutmu? Apakah kamu berani menerapkan strategi ini untuk bisnismu?