Skip to main content

PR AGENCY JAKARTA – Tahukah Anda bahwa laporan Komunikasi Global Cision 2023 menemukan bahwa 43% tim komunikasi kini lebih mengandalkan influencer sebagai bagian dari strategi keterlibatan audiens mereka? Menurut Influencer Marketing Hub, lebih dari 50 juta orang di seluruh dunia diidentifikasi sebagai influencer, berkontribusi terhadap kreator ekonomi yang diperkirakan bernilai USD 104 miliar.

Influencer marketing telah menjadi inti dari strategi pemasaran banyak merek. Tim PR dan komunikasi terus mengevaluasi cara terbaik untuk memanfaatkan kekuatan influencer. Namun, munculnya kelelahan influencer dan tren konsumen yang bosan dengan aliran konten berbayar atau bersponsor telah menyebabkan penurunan kepercayaan dan keterlibatan audiens. Sinead Norenius-Raniere dari Cision menyebut ini sebagai tantangan baru bagi para profesional PR. Mengapa demikian?

Keaslian Berkuasa Tertinggi

Salah satu faktor utama di balik evolusi keterlibatan influencer adalah meningkatnya permintaan konsumen akan keaslian. Pemirsa sekarang lebih tertarik pada konten yang nyata dan relevan. Namun, dengan algoritma platform yang terus berubah untuk memprioritaskan iklan, ruang untuk jenis konten ini semakin berkurang.

Pergeseran ini meningkatkan permintaan akan konten yang lebih autentik dari pembuat konten dan merek. Meskipun secara tidak sengaja, ini juga menghasilkan apresiasi yang lebih besar terhadap mikro dan nano-influencer. Influencer skala kecil memiliki pemahaman bawaan tentang audiens khusus mereka, terlibat dengan audiens mereka secara lebih langsung, dan unggul dalam menyeimbangkan konten berbayar dan organik.

Tindakan Penyeimbangan

Sebaliknya, daya tarik mega dan makro-influencer juga disertai dengan potensi jebakan. Jangkauan mereka yang luas dapat menimbulkan risiko yang lebih tinggi karena keunggulan dan ketidakpastian merek mereka, serta reputasi mereka dalam mempromosikan produk yang tidak mereka yakini semata-mata demi keuntungan finansial.

Diversifikasi kelompok influencer dan kemitraan dapat menghasilkan hubungan yang lebih tulus dengan konsumen, sekaligus memberikan perlindungan terhadap potensi kerusakan reputasi. Bekerja dengan influencer sebagai bagian dari strategi pemasaran Anda merupakan tindakan penyeimbang. Ciptakan strategi yang lebih holistik dengan memanfaatkan konten organik pembuat konten, dengan izin tentunya, dan menggunakannya bersama dengan saluran pemasaran lainnya, seperti iklan sosial berbayar dan siaran pers.

Menjalin kemitraan jangka panjang, dibandingkan dengan kampanye tunggal, dengan pembuat konten yang selaras dengan nilai-nilai merek juga akan membantu mengembangkan hubungan yang lebih autentik antara merek, pembuat konten, dan kedua audiensnya.

Transparansi adalah Kunci

Transparansi juga merupakan kunci ketika memanfaatkan upaya pemasaran influencer. Ketidakpercayaan menambah kelelahan, dan konsumen lebih cenderung memercayai merek yang berterus terang tentang kapan konten disponsori.

Beri Kebebasan Kreatif

Terakhir, ingatlah bahwa influencer juga menentukan pilihan saat berkolaborasi dengan merek. Mereka ingin bekerja sama dengan pihak-pihak yang memberikan kebebasan untuk tetap setia pada pendapat pribadi mereka, sehingga mereka dapat menjaga kredibilitas dan kepercayaan yang telah mereka bangun dengan audiensnya.

Hal ini menggarisbawahi pentingnya tidak hanya memilih pembuat konten yang nilai-nilainya sejalan dengan nilai Anda, tetapi juga memberi mereka kebebasan berkreasi. Ketika elemen-elemen ini diterapkan, Anda dapat yakin bahwa mereka menciptakan konten yang akan terasa autentik bagi audiensnya sekaligus memperkuat nilai merek Anda.

Ketika kelelahan influencer mulai terjadi, merek dan tim PR mungkin perlu memikirkan kembali pendekatan mereka. Dengan memprioritaskan keaslian, merangkul mikro dan nano-influencer, dan berinvestasi dalam kemitraan jangka panjang, merek dapat membangun strategi kuat yang selaras dan memberikan dampak yang saling menguntungkan.**

WeCreativez WhatsApp Support
Kami siap menjawab pertanyaanmu. Tanyakan saja.
👋 Hola, Apa yang bisa kami bantu?