PR AGENCY JAKARTA – Di era digital ini, cara kita mengonsumsi media mengalami perubahan yang cepat dan dinamis. Bagi para profesional PR, memahami perubahan ini bukan sekadar tentang “bersosialisasi”, “menggunakan video”, atau “menggunakan perangkat seluler”. Lebih dari itu, tim PR harus mengetahui apa yang menjadi pendorong tren ini – apakah itu kenyamanan, biaya, atau pengalaman pengguna. Hanya dengan begitu, mereka bisa menemukan cara untuk memasukkan pesan dan percakapan merek dengan tepat.
Dalam dunia media, sering kita dengar tentang bagaimana merek bisa terlibat dalam percakapan melalui iklan. Namun, bagaimana dengan PR? Konsumen tidak peduli apakah media tersebut dibayar atau diperoleh; yang penting bagi mereka adalah apakah media tersebut menyuarakan kepentingan mereka. Bagi tim PR yang kreatif, tren konsumsi media saat ini membuka banyak peluang baru.
Dominasi Perangkat Seluler
Saat ini, semakin banyak orang yang mengakses konten melalui perangkat seluler. Account Supervisor, Alysha Duff, menjelaskan bahwa e-commerce seluler sedang berkembang pesat, dengan 54% generasi milenial dan 55% Gen Z menggunakan media sosial sebagai saluran utama mereka untuk menemukan merek. Ini menjadi peluang besar bagi PR untuk terhubung dengan influencer, menempatkan konten bermerek, atau memanfaatkan tren e-niaga seluler dengan fitur klik untuk membeli.
Namun, tim PR juga harus memikirkan tentang pengalaman pengguna (UX) seluler di media yang mereka targetkan. Bagaimana tampilan konten di perangkat seluler? Apakah halaman dimuat dengan cepat? Apakah iklan mengganggu konten? Media harus menarik secara visual di perangkat seluler, baik itu untuk TikTok, Instagram, atau publikasi perdagangan lainnya.
Podcast: Suara yang Tak Tergantikan
Tren pendengar audio digital terus meningkat, dengan hampir 75% konsumen AS mendengarkan saluran digital pada tahun 2023. Podcast, dengan sifatnya yang intim dan kepercayaan pendengar terhadap podcaster favorit mereka, menjadi media yang sangat efektif untuk branding dan kepemimpinan pemikiran.
Tim PR melihat podcast sebagai cara untuk menargetkan audiens dengan tepat, dan memahami tokoh mana yang memiliki pengaruh besar di sektor mereka. Setiap industri memiliki bintang podcastnya sendiri yang mampu menarik audiens dengan suara yang unik dan otoritatif.
Mencari Pengganti Twitter
Para profesional PR dan jurnalis terus mencari solusi ketika platform yang dulu diandalkan, seperti Twitter (sekarang X), berubah menjadi ladang ranjau bagi konten yang tidak aman dan narator yang tidak dapat diandalkan. Ketika platform ini kehilangan pengguna, tim PR harus mencari alternatif di mana mereka bisa mereplikasi strategi mereka. Meskipun belum ada platform sosial yang benar-benar menggantikan Twitter, ini bisa menjadi peluang untuk memindahkan interaksi PR/editor ke platform yang lebih sesuai.
Menyelaraskan dengan Tren Konsumsi Media
Mengikuti tren konsumsi media berarti kita harus memahami di mana pesan dapat menyatu dengan percakapan secara organik dan intuitif. Ini memerlukan dedikasi dan imajinasi, namun pemahaman ini sangat penting agar strategi PR bisa beradaptasi dengan cara masyarakat mengonsumsi media saat ini. Dengan begitu, tim PR bisa memastikan pesan mereka selalu relevan dan efektif.***