Skip to main content

Pernahkah kita bertanya-tanya, di tengah derasnya arus informasi, siapa yang bertanggung jawab memastikan kebenarannya? Di era disinformasi, peran Public Relations (PR) tak lagi sekadar menyampaikan pesan, tetapi melindungi kebenaran. Namun, apakah PR perlu menerapkan standar verifikasi untuk memastikan informasi yang mereka sebarkan dapat dipercaya?

Disinformasi: Masalah Besar yang Mengejutkan

Laporan Disinformasi dari Institute for Public Relations (IPR) tahun 2019 mengungkap fakta mengejutkan: 63% orang Amerika melihat disinformasi sebagai masalah serius, setara dengan kekerasan senjata dan terorisme. Ini menunjukkan bahwa hoaks bukan sekadar masalah kecil—ia merusak kepercayaan publik dan memperkuat polarisasi di masyarakat.

Paul Quigley, CEO NewsWhip, menjelaskan bahwa disinformasi berkembang karena bias konfirmasi—orang hanya mempercayai informasi yang sesuai dengan keyakinan mereka. Ketika hal ini terjadi, opini semakin terpolarisasi, menciptakan ruang gema yang memperkuat disinformasi.

Kebanjiran Informasi, Kehilangan Kritis

Claire Wardle dari First Draft News menambahkan bahwa kita berada dalam era information overload. Terlalu banyak informasi membuat kita kurang kritis. Di tengah arus data yang berlimpah, kita sering kesulitan membedakan mana yang benar dan mana yang menyesatkan.

Angela Mears dari Weber Shandwick melihat dampak lebih dalam—disinformasi memperburuk polarisasi sosial, memperkuat kecenderungan ekstremisme di berbagai kelompok.

Tanggung Jawab Siapa?

Menurut survei IPR, 64% responden percaya bahwa Facebook bertanggung jawab atas penyebaran disinformasi, sementara 55% menuding Twitter. Tetapi apakah hanya media sosial yang harus disalahkan?

Vivian Schiller dari Civil Foundation percaya bahwa perusahaan dan merek juga berperan penting. Mereka terkena dampak langsung dari misinformasi dan perlu ikut serta dalam melawan arus kebohongan ini.

PR Terdepan dalam Melawan Hoaks

PR kini memiliki peran krusial dalam memerangi disinformasi. Dengan mengadopsi standar verifikasi yang ketat, PR bisa menjadi penjaga kebenaran, melindungi kredibilitas perusahaan dan masyarakat.

Apa pendapatmu? Bagaimana PR bisa lebih efektif melawan disinformasi? Mari diskusikan di kolom komentar!

Dapatkan informasi terkini dan relevan tentang strategi public relations, audit dan riset komunikasi, digital public relations dan komunikasi krisis hanya di www.imajinpr.com serta www.ceritaomjojo.com.***

WeCreativez WhatsApp Support
Kami siap menjawab pertanyaanmu. Tanyakan saja.
👋 Hola, Apa yang bisa kami bantu?