PR AGENCY JAKARTA – Pernah suatu hari, anak saya yang masih 13 tahun mendatangi saya sambil bertanya, “Ayah, kok ayah bilang ayah nulis artikel ini, tapi nama ayah nggak ada di artikel yang terbit hari ini?”
Saya mencoba menjelaskan ke anak saya bahwa saya yang bikin draft rilisnya. Lalu, saya mulai ngejelasin apa itu rilis dan apa yang saya lakukan dengan rilis itu. Saya berusaha menjelaskan bahwa saya nggak bisa mengklaim bahwa saya bisa mempengaruhi orang buat beli barang atau bikin jingle yang catchy, karena saya bukan pengiklan. Dan, saya juga nggak bisa dengan bangga mencantumkan nama saya di media yang dia baca, karena saya udah bukan jurnalis lagi. Saya nyelametin situasi dengan bilang kalau saya ini Public Relations (PR).
Kalau dipikir-pikir, kita, para profesional PR, sering ngeremehin kekuatan dan kontribusi kita dalam bisnis persuasi, pengaruh, dan kepercayaan. Bener nggak sih? Nah, Public Relations Society of America bilang, “Hubungan masyarakat adalah proses komunikasi strategis yang membangun hubungan saling menguntungkan antara organisasi dan publiknya.”
Saya percaya kalau PR itu seni bercerita alias storytelling, dan PR yang baik itu seni bercerita yang kuat.
Kayak setiap cerita yang punya tokoh utama atau moral, seorang PR fokus pada hal-hal positif dalam organisasi dan ngebangun pesan-pesan utama serta menciptakan komunikasi yang positif dan kuat. Jadi, peran profesional PR juga termasuk nahan berita negatif dan ngelolanya, yang sering kita sebut sebagai ‘pemadaman kebakaran.’
Apa sih yang dibutuhin buat jadi seorang profesional PR? Princeton Review ngasih sedikit gambaran: “Seorang spesialis PR adalah pembentuk citra. Tugas mereka adalah menghasilkan publisitas positif buat klien mereka dan meningkatkan reputasi mereka… Mereka memberikan informasi kepada masyarakat tentang aktivitas lembaga pemerintah, menjelaskan kebijakan, dan mengelola kampanye politik. Orang-orang PR yang kerja buat perusahaan mungkin menangani hubungan konsumen, atau hubungan antara bagian-bagian perusahaan seperti manajer dan karyawan, atau kantor cabang yang berbeda.”
Pakai istilah keren, seorang profesional PR yang sukses adalah mereka yang memakai LENSA PR. Artinya, dia ngelihat konten apa yang ‘layak diberitakan’ dan kemudian mengintegrasikannya ke dalam pendekatan PESO. Terakhir, dia juga memasukkan sudut pandang analitis buat ngukur PR. Berapa banyak dari kita yang melakukan ini setiap hari, buat setiap klien? Kita ngurusin setiap masalah dan ngikutin aturan umum, tapi ujiannya adalah ngambil setiap inisiatif dan menganalisanya dengan teliti.
Tantangan yang kita hadapi, sebagai profesional PR, adalah ngelola ekspektasi klien soal konten yang ‘layak diberitakan’ dan waktunya. Kita harus ngelihat ini dari sudut pandang publikasi – apakah ini baru buat pembaca saya? Kenapa kita harus ngomongin ini sekarang? Ini bisa dikelola dengan beberapa cara – opini, wawancara, dll. Trik buat tahu kelayakan berita dalam suatu konten adalah dengan jawab pertanyaan sederhana – ‘Apa beritanya?’ ketika ada peluang atau cerita yang sedang digarap oleh publikasi.
Sekarang ini, biar penyampaian pesan tetap up-to-date, PR harus diintegrasi dengan model PESO karena semua klien pengen ‘keuntungan terbesar’. Apakah berita tersebut layak buat dibayar dan diiklankan? Apakah jalur yang diperoleh (dan juga PR) harus digunakan buat dukung pentingnya produk/jasa tertentu dan bukan cuma dorong pesan ‘beli itu’? Haruskah seseorang pakai media bersama dan platform media sosial? Apakah PR Digital punya peran? Atau, haruskah seseorang pakai ruang media yang dimiliki – buat manfaatin situs web sendiri?
Setelah jalur media diidentifikasi dan dikerjakan, barulah ujian yang sebenarnya – ngukur efektifitas latihan ini. Untuk media berbayar, Google Adwords, pengikut baru, prospek, percakapan bisa diukur. Hubungan baru dan audiens baru bisa dikaitkan dengan perolehan media, jumlah tweet, retweet dan komentar ngasih gambaran yang jelas tentang duta yang dibangun di ruang media bersama, dan akhirnya rasio pentalan situs web kamu, konten yang bisa diunduh, dll, bisa ngasih tahu efektivitas media yang digunakan.
Dengan memahami dan mengaplikasikan seni PR ini, kita bisa menciptakan pengaruh yang kuat dan ngebangun hubungan yang bermanfaat bagi organisasi dan publiknya. ***