“Air mineral, bukan Coca-Cola,” ucap Cristiano Ronaldo sambil mengangkat botol air. Ini bukan sekadar ajakan untuk hidup sehat. Ini adalah pengakuan bahwa kekuatan seorang Ronaldo dalam pemasaran jauh melampaui produk yang ada di hadapannya. UEFA pun cepat bergerak, berusaha mencegah pemain lain memanfaatkan pengaruh mereka dengan cara yang sama, karena hal ini bisa mengganggu sponsor bernilai jutaan dolar.
Pada awalnya, memindahkan botol Coca-Cola di meja konferensi pers terlihat sepele. Namun, hanya dalam hitungan jam, nilai pasar Coca-Cola anjlok hingga jutaan dolar. Tindakan kecil ini membuktikan betapa besar pengaruh seorang influencer dalam dunia pemasaran.
Ronaldo tahu kekuatannya. Dia tidak peduli dengan Coca-Cola. Dan pesepakbola lain, seperti Paul Pogba, mengikuti jejaknya dengan memindahkan botol Heineken. Ini menunjukkan betapa besar pengaruh mereka terhadap merek.
Dampak Pemasaran Influencer
Nama-nama besar, baik itu bintang sepak bola atau influencer niche, semakin sadar dan menggunakan nilai mereka. Ronaldo tidak minum Coca-Cola, dan Pogba, sebagai Muslim taat, tidak mendukung alkohol. Mereka paham bahwa seringkali, merek lebih membutuhkan mereka daripada sebaliknya. Ini adalah pelajaran penting tentang pentingnya keselarasan dan menghargai sponsor.
Contoh lain adalah Naomi Osaka, yang mundur dari Prancis Terbuka 2021 demi menjaga kesehatan mentalnya. Aplikasi meditasi Calm langsung mendukung Osaka, menunjukkan bagaimana merek bisa menyelaraskan diri dengan figur yang relevan dan positif.
Bagi PR, tugas utamanya adalah menghubungkan merek dengan influencer yang tepat. Menempatkan produk di dekat orang terkenal saja tidak cukup. Hubungan yang selaras antara influencer dan produk adalah kunci sukses pemasaran. Anda setuju?
Dapatkan informasi terkini dan relevan tentang strategi public relations, audit dan riset komunikasi, digital public relations dan komunikasi krisis hanya di www.imajinpr.com dan www.ceritaomjojo.com.***