Saat krisis komunikasi terjadi, penampilan sang narasumber selalu menjadi sorotan publik. Tidak hanya kata-kata atau bahasa verbal saja yang harus kita perhatikan pada waktu berkomunikasi di saat krisis terjadi. Ada bagian yang tidak kalah pentingnya untuk dicermati bila menginginkan komunikasi berjalan dengan lancar, yaitu memahami bahasa non verbal dari lawan bicara kita. Bahasa non verbal bisa berupa eye contact , ekspresi wajah, gesture, suara dan sentuhan. Bahasa non verbal sangat signifikan kedudukannya dalam berkomunikasi, hal itu karena bahasa non verbal kadang lebih banyak “berkata atau berbicara” daripada bahasa verbal itu sendiri.
Studi kasus yang menarik adalah saat kasus krisis PLN BlackOut. Bisa dilihat dari foto jurnalis diatasm Pak @jokowi dan Pak @ignasius.jonan cemberut, tapi Bu Plt Dirut terlihat tersenyum sumringah.
Dalam sebuah PR Crisis, gesture spokeperson menjadi sangat penting karena dia mengirimkan Subtext, pesan yang tersembunyi. Pernyataan Permohonan Maaf mungkin sudah tepat, tapi emphaty juga harus tercermin dari gesture, sikap tubuh sang narasumber. Jangan sampai masyarakat mendapatkan pesan tidak ada Sense of Crisis dari narasumber utama. Pictures means a thousand words.
#publicrelations #pln #komunikasi #jokowi #communications #krisis #prcrisis #prindonesia #pragency #prconsultant #crisis